Bisakah! Cengkeh Simeulue Menjadi Penyumbang Devisa Negara?

Bisakah! Cengkeh Simeulue Menjadi Penyumbang Devisa Negara?

AMONMAWI | Saat ini merupakan musim yang sangat di nantikan oleh mayoritas masyarakat Simeulue. Terutama para petani cengkeh. Pasalnya, panen sedang menghampiri pulau tersebut.

Sang Maha Kuasa tampaknya sangat memberkahi kepulauan ini. Alasannya, kekayaan alam yang melimpah memenuhi seluruh penjuru pulau Simeulue.


Lobster merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan hayatinya. Tampaknya orang luar pun tahu kalau Simeulue memang lumbung lobster. Selain itu, ada pula gugusan pantai yang indah di bumbui dengan ombak yang memuaskan para peselancar manca negara.

Masyarakatnya pun mempunyai nilai kebudayaan yang tinggi, dengan nandong dan nafi-nafi yang mempunyai filosofi nasehat bencana yang luar biasa.

 Tak ayal pulau ini sering di sebut "Sumeulue Ate Fulawan (Simeulue Hati Emas)". Simeulue berhati emas artinya kebudayaan, perilaku serta tutur sapa warganya laksana kekayaan alam yang di berikan Allah mempunyai nilai tinggi.

Sayang seribu sayang, berbagai macam kekayaan ini kurang perhatian dari Pemprov atau Pemda sendiri. Padahal, jika di kelola dengan baik maka akan memberikan income yang luar biasa kepada daerah itu sendiri.

Kesejahteraan memang belum merata di Simeulue. Yang kaya makin kaya, yang miskin pun begitu juga. Pengusaha dan investor lah yang memanen untung dari para petani dan nelayan. Mereka terpaksa menjual hasil panennya kepada mereka karena pemerintah sendiri seakan berlepas tangan. Meskipun harganya relatif murah.

Cengkeh Simeulue yang seyogyanya adalah satu-satunya lumbung utama di seluruh penjuru Pulau Sumatra. Namun kurang perhatian dari pemerintah. Baik itu harga maupun industrinya sendiri. Tak tahu apa alasan Pemda tidak terlalu memikirkan. Apa mungkin mereka terlalu sibuk memperkaya diri atau ada alasan lain.

Ironisnya, tahun 2013-2015 harga cengkeh berada di kisaran 100 rbu/kg bahkan bisa lebih. Namun saat ini lonjakan penurunan harga hingga 25%, artinya harga cengkeh berada pada kisaran 75-80 rbu/kg.

Hal ini menyebabkan para petani cengkeh meradang. Mereka berharap ada peran pemerintah dalam masalah harga ini. Mayoritas petani berfikir ini merupakan ulah para pengusaha cengkeh.

Sebenarnya ada solusi menurut penulis untuk menghadapi permasalahan ini. Pertama, pemerintah harus menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan terkait. Namun, harus ada perjanjian bahwasanya harga cengkeh tak akan turun lagi di bawah 100 rbu/kg.

Kedua, pemerintah harus membangun sendiri pabrik cengkeh agar ada penampung hasil para petani. Karena, hasil panen cengkeh para petani setiap panen berkisar hingga ratusan bahkan ribuan ton. Jika ini di manfaatkan dengan baik, maka dapat memberikan devisa kepada daerah. Dampaknya, agar mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur daerah.

1. Pertanyaannya, kapankah hal ini bisa di implementasikan oleh Pemda?
2. Adakah kesejahteraan bisa merata di seluruh penjuru Simeulue?

Ini menjadi PR besar kepada Pemda dan juga para mahasiswa. Mari sama-sama membangun Simeulue yang lebih baik. (Suryadi)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Banner

Iklan Bawah Artikel

Banner