Melawan Lupa Dengan Tanaman Pusaka Simeulue

Melawan Lupa Dengan Tanaman Pusaka Simeulue

Amonmawi | Masa keemasan Kabupaten Simeulue dimulai sejak tahuan 80-an, dulunya masih bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Kejayaan ini memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat daratan sumatera hingga seantero nusantara. Selain dikenal dengan julukan pulau kelapa, juga di kenal dengan tanama pusakanya yang hampir terbentang luas di setiap pengunangan yang berjeeran di bumi pulau simeulue.

Foto sbr: facebook
Kurangya informasi publik yang tersedia, sampai hari ini belum ada data luas lahan perkebunan cengkeh di kabupaten simeulue. padahal tanaman pusakan kebanggan warga simeulue, telah di kenal oleh masyarakat luar, mulai tahun 90-an masyarakat luar banyak berdatangan untuk menjadi pemetik cengkeh, tengkulak serta penampuang.

Mulai era tahun 70-an warga simeulue berbondong-bondong untuk membuka lahan baru, sehingga untuk aktifitas bercocok tanaman padi di kesampingkan, hampir setenga dari mereka lebih memilih untuk membuka lahan perkebunan cengkeh. Menurut banyak pengakuan prosesi pembukaan lahan baru belum menggunakan tenaga mesin, malainkan dengan tenaga kampak. sehingga untuk sebuah pohon kayu yang rindang membutuhkan 2-3 hari. Hutan lindung kabupaten simeulue yang memliki ekosistem Alami ini, di bumihanguskan oleh petani cegkeh pada zamanya, sehingga terlihat pohon tanaman pusaka ini berdiri rindang, menghiasi di setiap sendi pengunungan kepulauan ini.

Foto sbr: facebook
Masyarakat yang sudah terbiasa naik turun gunung ini, membutuhkan waktu 1-2 jam untuk menempuh perjalanan, belum lagi prosesi pembukaan lahan sampai dengan penamana membutuhkan waktu 2-3 bulan. Pada zamanya masyarakat kepulauan ini rata-rata memiliki lahan. Hutan alami yang di kelola pekebun cengkeh merupakan lahan umum yang sifatnya masih di bebaskan oleh pemerintah setempat, hal ini membuat masyarakat setempat berlombah untuk mengelola lahan kosong ini “siapa cepat dia dapat”. Kebebasan inilalah yang membuat pekebun cengkeh memiliki luas tanah mencapai 2 Ha per/KK.

Foto sbr: facebook
Menurut pengakuan banyak sumber, petani cengkeh di kepulauan ini, rata-rata memiliki lahan perkebunan yang cukup luas. Masing-masing ada yang memiliki jumlah tanaman 300-1000 batang per KK. Dengan potensi tanah yang subur bukan tidak mungkin populasi tanaman cengkeh dapat tumbuh subur dengan sendirinya.

Foto sbr: facebook
Tanaman pusaka ini, masih belum pulih dari ingatan masyarakat luar terhadapatnya, meskipun tanaman pusaka yang dulunya di banggakan ini, di ambang kepunahan yang sudah tidak lagi memiliki jumlah yang banyak serta kondisi tanaman yang subur. Walau demikian persepsi orang banyak terhadapat masyarakat kepulauan masih memiliki kekayaan cengkeh dengan jumlah banyak.

BACA SELENGKAPNYA...


Penulis : HASAN SYAHADAT
Email : hasansyahadat91@gmail.com
Facebook : Hasan Syahadat
Twitter : -
Blog : Hasan Syahadat


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Banner

Iklan Bawah Artikel

Banner