Nafi-nafi Da Nenek Ta - Budaya Dari Pulau Simeulue
Jumat, 02 Desember 2016
Foto Google Images |
Kebudayaan ini juga merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat Simeulue yang tidak ada pada masyarakat lain. Nafi-nafi juga hampir sama dengan nandong. Hanya saja perpedaanya terletap pada saat pelantunannya. Jika nandong di lantunkan dengan suara yang merdu disertai suara khas, maka nafi-nafi di sampaikan dengan cara lembut penuh perasaan.
Nafi-nafi satu orang yang menceritakannya tidak lebih dari satu. Berbeda dengan nandong lebih dari satu. Sehingga saat ma nafi-nafi anak-anak bisa cepat hafal dengan ceritanya maupun alurnya. Di samping itu juga bisa memperkuat iman para anak-anak ketika di sajikan cerita-cerita para rasul atau para tabi’i-tabi’in. Juga bisa membantu anak-anak mengubah emosi, karakter, dan akhlak mereka. Melalui tradisi inilah ribuan masyarakat Simeulue bisa selamat dari hantaman smong atau bahasa Jepang nya tsunami. Tetapi ada kalanya cerita itu disampaikan melalui nafi-nafi dan ada juga melalui nandong.
Metode inilah masyarakat Simeulue waktu itu mendidik anak-anaknya, sehingga komonikasi anatara anak dan orang tua sangat baik. Patut kita kembangkan lagi budaya seperti ini, karena banyak anak-anak sekarang yang sudah terlena berjam-jam di depan televisi. Sehingga karakter para anak-anak sekarang sangat berbeda para era tahun 80an.
Masyarakat Simeulue juga sangat kuat tradisi folklore nya (cerita lisan), banyak ragam cerita yang di sajikan pada nafi-nafi. Salah satu caranya adalah melalui revitalisasi folklore. Ini tidak berarti bahwa tradisi tulisan harus didegradasi. Kedua tradisi ini sepatutnya berkembang secara proporsional. Namun, siring perkembangan zaman tradisi ini hampir memudar di kalangan orang tua. Di sebabkan para orang tua sibuk dengan aktifis masing-masing. [copasSTA]
Penulis : Ali hanafia
Kontak Person/HP : 085277938816Email : alihanafia.ulma@gmail.com
FB : Ali Hanafia
Twitter : Ali Hanafia
Blog : Pena Anak Rantau