Merajalela Pengalihan Kepemilikan Tanah, Warga Pribumi Dikhawatirkan Jadi apa?

Merajalela Pengalihan Kepemilikan Tanah, Warga Pribumi Dikhawatirkan Jadi apa?

PERTANYAAN .:: Dampak buruk dari jual beli tanah di lokasi Wisata Pantai Apa?
.:: Banyak warga menjual tanah Pantai ke orang luar Kenapa?
.:: Alih Lahan Merajalela, Warga Dikhawatirkan Jadi apa?
AMONMAWI | Pesona bumi yg berjulukan "Simeulue Ate Fulawan" dgn ribuan keindahan. Pesisir pantai yg asri dan masih alami tersebut menyimpan pesona keindahan yang luar biasa. Pantai-pantai yang masih perawan sampai pantai yang sudah dikelola, baik yang masih dikelola warga hingga yang sudah dikelola pemerintah daerah dan hari ini sudah banyak yg di kelola warga luar juga.

Pemerintah daerah bersama masyarakat terus berbenah menyuguhkan keindahan tersebut dalam proyek-proyek wisata, sarana dan prasarana disiapkan, jalan-jalan diperhalus. Pantai-pantai baru yang selama ini sulit diakses semakin mudah diakses dan dinikmati. Wisatawan baik lokal maupun dari manca negara terus berdatangan. Paket-paket wisata terus dikembangkan, promosi-pun (even) gencar dilakukan sehingga Pulau Simeulue menjadi sosok kabupaten yang mempunyai daya tarik dan menjadi salah satu tujuan wisata pavorit dikawansan Aceh, Sumatera.

Dibalik kesuksesan itu ada sesuatu yang sangat mengawatirkan, orang berlomba-lomba membeli tanah di area-area tempat yang menyenangkan banyak orang ini. Orang luar Pulau Simeulue bahkan, kabarnya orang manca negara terus memburu tanah-tanah anugrah tersebut.

Setelah ditelusuri lebih jauh, warga mengakui ada beberapa alasan yang menggelitik mereka jual tanah.
  • Pertama, meroketnya harga tanah dan iming-iming dipekerjakan membuat warga gusar dan memilih menukar lahannya dengan lembaran rupiah yang dirasa memberi harapan ketimbang lahan terbenkalai tanpa hasil.
  • Kedua, lahan dinilai tidak produktif ditengah himpitan ekonomi dan dirasa justru sebagai beban. 
  • Ketiga, rata-rata warga memiliki tanah warisan lebih dari 1 (masih ada di tempat lain) sehingga mereka merasa aman-aman saja untuk menjual. 
  • Keempat, minat generasi penerus untuk memperbaharui tanaman yg ada nyaris tidak ada. 
  • Kelima dan Keenam seturusnya tambahkan
Berikutnya, dorongan untuk mendapat pengakuan status sosial sebagai kelompok berduit juga ikut adil. Tanpa ragu, tanah pun dijual bak kacang goreng dengan minim pertimbangan. Tanpa disadari, ini merupakan aksi bunuh diri perlahan.(*)

---UNTUK LANJUTAN & KESIMPULAN SAMBUNG SENDIRI---


Editor : Totokʞ
Tujuan : Bukan keritikan yg menghambat pertubuhan Pariwisata Simeulue, tapi memberi Seni Bincangan (NgobPi -Ngobrol Pintar) mengenai Pengalihan Lahan (penjuan tanah) untuk asing yg benar dan tidak mengkhawatirkan di masa depan.
Sumber : Amatan saya
Teks : Dari berbagai sumber



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Banner

Iklan Bawah Artikel

Banner